Surat Untuk Sahabat Kecilku

Friday, July 3, 2009


Taken from Fecebook Notes Ivy Londa : Thursday, May 21, 2009 at 10:35pm

Untuk si sahabat kecil,

Lama sekali kamu tidak datang malam-malam ke kamarku? Mungkinkah kamu lupa alamatnya atau terlalu banyak hal untuk dikerjakan di atas sana sehingga entah purnama kamu pergi... atau mungkin.. karena malam-malam ini aku terlalu sibuk dengan kehidupanku sendiri? karena malam-malam yang dulu kita habiskan untuk mengobrol dan tertawa-tawa sampai ke mimpi, kini digantikan dia yang menemaniku tidur dari jauh sana.
Aku minta maaf, walau aku tau maaf tak ada artinya. Aku tetap ingin minta maaf karena aku telah lupa pada sahabat kecilku, sahabat yang memelukku lembut saat aku menangis dalam sunyi di lemari bertahun-tahun yang lalu, sahabat yang tumbuh bersamaku melewati setiap perang hidup yang kulalui, sahabat yang bersamaku baik di puncak podium tertinggi atau di jurang paling dalam sekalipun. Aku minta maaf...

Maaf telah melepaskanmu pergi, karena keegoisanku yang begitu rupa. Maaf karena doa malammu digantikan suaranya menemaniku tidur.. maaf karena aku tak lagi cerita padamu apa saja, karena aku ceritakan semua hal padanya, karena aku lebih menantikan dia daripada kamu dimimpiku... Maaf...

Sha, kemarin-kemarin aku menangis. Dan betapa terkejutnya aku, menyadari kamu tidak ada disampingku. Aku panggil kamu perlahan sampai setengah berteriak, tapi kamu hilang. Aku sadar, sejak aku tahu arti sahabat, kamu selalu ada disampingku. Tertawa dan menangis bersamaku. Berbagi rahasia dan canda yang hanya kita berdua yang dapat mendengarnya. Aku ingat saat sepi itu, entah berapa tahun yang lalu, ketika semua orang pergi dari pelangiku, hanya kamu yang mau menemaniku di gelap dan sunyinya lemari kamarku. Kamu tidak menangis, tidak juga menyuruhku berhenti menangis, kamu disana dan menemani aku sampai aku tertidur pulas di pelukmu. Aku ingat, saat kita menjelah benua baru, negara baru, saat itu aku tersesat dan malam telah larut, tapi kamu memegang tanganku di halte Southwick itu dan kita temukan jalan pulang. Aku ingat, saat aku dicerca puluhan orang di sekolah dulu, tapi kamu disana tersenyum dan seketika hatiku longgar. Aku ingat, saat aku lewati hari-hari kelam itu, saat aku temukan tenang dalam merah itu, kamu tidak tepiskan pisau itu, tapi kamu hanya tetap bilang 'jangan lupa, aku tetap sayang kamu'. Kata-kata itu yang membuatku tetap hidup, percaya bahwa kamu satu-satunya yang kumiliki yang tak akan meninggalkan aku. Aku ingat, saat aku jatuh cinta, kamu tersenyum yang tak dapat kumengerti artinya dan kamu disana disaat-saat aku melayang jauh..

Kamu semakin buram ketika aku tenggelam dalam dunia baru yang kutemukan, kamu tidak menuntutku marah, kamu hanya diam, berkata kamu tetap disana. Tapi aku yang membunuhmu perlahan. Aku ingat ketika dulu kita berbagi kesunyian dalam gelap, aku tanya 'kenapa kamu ada?' dan kamu jawab 'aku ada, karena kamu percaya' dan saat itu aku percaya kamu disampingku selamanya.

Aku sungguh terkejut menemukan diriku meringkuk kesakitan, menangis didekap bantal hijau kesayanganku. Aku menantikan belaianmu dipunggungku untuk membuatku reda, tapi kamu tidak datang. Aku sadar, aku telah memusnahkanmu seiring aku tidak lagi menciptakanmu dengan apa yang kupercayai. Aku sungguh takut kamu tidak kembali... Sekarang aku sendiri dan ketidakhadiranmu sungguh terasa. Malam-malam kemarin sepi tanpa seorang pun. Kamu tahu, dari kecil aku paling tidak bisa tidur sendirian. Sehingga setiap malam kamu temani aku dalam temaram lampu, mencritakan cerita-cerita dari negri seberang, memberikanku mimpi-mimpi indah dan meyakinkan aku untuk tidak pernah takut kehabisan cerita.

Jadi aku menulis surat ini sayang, semoga jauh sampai ke atas sana. Dan kembalilah disampingku... Kutunggu malam ini, kubuka jendela kamarku selebar mungkin supaya kau mudah masuk, kuletakkan lukisan-lukisan masa kecil kita agar kau tau itu jendelaku. Aku tunggu kamu, sampai kamu memaafkan aku. Aku tunggu kamu sampai kamu yakin aku berjanji. Aku sayang kamu... biar mereka bilang aku gila, biar mereka mencoba membunuhmu dengan segala macam cara, biar mereka pikir kamu telah lama pergi. Aku tetap sayang kamu.... kembalilah sahabat kecilku, aku menunggumu...


Sahabatmu,
Si keriting

***************************************************************************

kamu percaya setiap orang punya belahan jiwa?
Aku punya... dan aku percaya belahan jiwa itu diciptakan...
kamu?



0 komentar:

Posting Komentar