Baru Tak Lagi Baru

Wednesday, February 27, 2008

Hari sedang muram ketika kamu datang. Selesai menyambut hiruk-pikuk tahun baru yang penuh mimpi. Aku ingat pertama kali melihatmu. Khawatir dan cemas mewarnai wajahmu yang asing. Aku ingat mendengar suaramu, masih penuh lelah dan tidak antusias menyambut babak baru ini. Kupikir, masih belum sepenuhnya kamu menginjak tanah ini. Begitu pula, aku ingat kata pertamaku padamu. Perkenalan singkat yang terlalu terburu-buru.

Sudah berminggu-minggu berlalu dari masa itu. Hari kini tengah menangis hampir sepanjang hari. Satu-dua hari diselingi banjir. Aku pun tenggelam dalam hari-hariku sendiri.

Entah mengapa aku rindu siang-siang itu. Berbagi hal-hal kecil. Berusaha menularkan sedikit antusiasmeku terhadap hidup kepadamu. Diantara orang berlalu-lalang. Obrolan ringan yang sebenarnya dapat kudapat dimanapun.

Sepertinya hari-hari ini, kamu berubah. Setelah kedua telapakmu memijak sungguh-sungguh, bebas dari bayangan negri lain. Kulihat kamu menemukan teman duduk akhirnya. Kulihat putihmu mulai membaur dengan barisan yang lain. Kulihat bahkan kamu mulai bersama seseorang. Tentu saja sebagai teman, aku senang. Hanya aku rindu kamu yang baru itu. Yang terlihat mencolok dengan putihmu yang masih baru. Yang menjulang di barisan dan yang menanti di tengah mobil-mobil yang berderet rapi. Aku rindu kamu, teman baruku. Rindu saat kamu belum menjadi bagian dari kami.

0 komentar:

Posting Komentar